Kamis, 25 Juni 2009

Titian Para Da'i


Suatu ketika dakwah ini telah menapak tangga kematangannya. Episode baru rangkaian kegemilangan perjuangan ikhwah menjadi sebuah realitas yang nyata.. dari sudut-sudut rumah, lorong-lorong tempat sandar para ikhwah renyah membicarakan capaian-capaian dakwah kita suatu ketika kami sempat singgah di sebuah daerah di dataran bumi Jombang, dan subhanallah kehidupan dakwah para ikhwah begitu maraknya layaknya kehidupan Islam kaum sarung di daerah tradisional jawa timuran. Islam begitu (malahan ada ikhwah yang ‘over pede’ mengatakan : “kita telah menang akhi !”, ada yang bahasa tawadhu : “ini masih usaha yang belum seberapa”. Berbagai macam ekspresi dilontarkan sebagai wujud luapan perasaan.

Luapan perasaan adalah fitrah yang normal bagi manusia. Rasa bahagia memicu binar-binar wajah, sedih mengguyur atas ketakutan akan kelalaian nantinya…Kejayaan dakwah ini adalah tugas suci dari mihrab Allah untuk kita, tidak lebih. Kejayaaan atau keterpurukan silih berganti sebagai sunnatullah.

Seiring waktu berjalan, kita tidak lagi dihadapkan pada tantangan pertarungan tetapi dengan tantangan kemudahan-kemudahan yang kita peroleh. Ketika kegiatan dakwah semarak dan mendapatkan eksistensinya, seolah dakwah dan para da’inya ini adalah tokoh baru dan wajib dihormati manusia, selebritis baru mungkin ?. Perebutan kekuasaan menjadi kue empuk tiap hari, yakin “botolpun akan dipilih mahasiswa!” padahal peringatan Allah telah jelas di surat al imron 14. Semoga kita tidak mundur..keep dakwah beautifully.

Selasa, 23 Juni 2009

Keyakinan Mengalahkan Ketidakberdayaan


Beberapa minggu lalu ada berita kehebatan putra-putri Indonesia dipentas dunia. Pertama tentang Shofwan Al-Banna, mahasiswa Indonesia yang memenangkan The 39th St Gallen Symposium di Swiss. Dalam acara ini, ratusan pemimpin muda diseleksi lewat karya tulis bertema krisis global, untuk diambil 3 terbaik. Shofwan terpilih sebagai yang terbaik dengan mengalahkan Jason George dari Harvard University (peringkat 2) dan Aris Trantidis dari London School of Economics (peringkat 3). Berita kedua mengenai Riana Helmi yang berhasil lulus sebagai dokter dalam usia 18 tahun dari UGM, dengan IPK 3,67. Dengan prestasinya yang luar biasa Riana tercatat sebagai pemegang rekor dokter termuda di Indonesia.

Tentu prestasi dunia dari putra-putri Indonesia tak terhitung jumlahnya, baik dibidang akademik, olahraga, seni dan lain sebagainya. Dalam berbagai keterbatasan, ternyata putra-putri Indonesia bisa merealisasikan impian-impiannya. Hal ini seharusnya membuat kita sebagai bangsa lebih percaya diri untuk membangun impian-impian besar, tidak hanya untuk diri kita sendiri tapi juga untuk bangsa, bahkan untuk dunia.

Sayangnya kita sering kali merasa terperangkap oleh kelemahan dan ketidakberdayaan yang sebenarnya belum pasti. Belum pasti karena memang kita belum pernah mencobanya, sebatas mana sebenarnya kekuatan maksimal kita. Banyak orang yang lebih suka men-diskon kemampuan dirinya dengan mengatakan “mustahil-lah” atau “saya realistis”. Sebenarnya inilah syndrome inferior alias minder, yang menahan orang untuk tidak berani berhadapan dengan kekuatan atau tantangan yang nampaknya seperti lebih besar, yang menyebabkan orang berhenti mengeluarkan seluruh potensi yang dimiliki, yang menyebabkan sebuah bangsa takut untuk berfikir menjadi bangsa yang mandiri.

“Allah tidak akan membebani suatu kaum dengan beban yang tak sanggup dipikulnya” begitu Alquran mengatakan. Pertanyaannya siapa yang menentukan sanggup atau tidak sanggup? Diri sendiri? atau lingkungan kita? Dalam sebuah hadits qudsi Allah mengatakan “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku”. Kalau sejak awal kita sudah mengatakan tidak sanggup, maka tidak sangguplah kita. Semua alasan akan segera mudah kita temukan untuk membenarkan ketidaksanggupan kita, begitu juga sebaliknya.

Dalam perang badar, Rosul dan sahabatnya sama sekali tidak siap berperang. Dari sisi jumlah personil, peralatan dan logistik sama sekali tidak seimbang. Tapi Rosul tidak lari, apalagi berfikir untuk koalisi dengan kekuatan musuh yang lebih besar. Rosul juga tidak melihatnya sebagai beban yang pasti tak sanggup dipikul olehnya dan sahabatnya. Rosul justru berusaha melawan keadaan dan keterbatasan dengan kekuatan dan keberanian yang maksimal, dan berserah diri seraya berdoa “Ya Allah, itulah kaum Quraisy yang telah datang dengan sombong dan congkaknya. Aku hanya meminta pertolongan yang telah Engkau janjikan kepada hamba. Ya Allah, binasakanlah mereka!”

Rosul hanya memilih berkoalisi dengan Allah ketika menghadapi kekuatan yang lebih besar tanpa harus men-diskon kemampuan diri dan sahabatnya dengan apologi ketidakbedayaan. Rosul tidak berapologi dengan jumlah pendukung yang sedikit atau ketiadaan peralatan dan logistik. Rosul percaya janji Allah nyata kebenarannya. Manusia bisa dusta, harta bisa binasa dan kuasa bisa tak berdaya. Hanya Allah yang layak sebagai tempat bersandar hamba Nya. Dan perang Badar membuktikan bahwa keyakinan mampu mengalahkan segala ketidakberdayaan dan kekurangan. Rosul dan sahabatnya memperoleh kemenangan yang gemilang.

Kisah keyakinan akan kemenangan dalam perang badar mengingatkan saya pada ahli fisika Indonesia yang luar biasa. Saat bertemu Prof. Yohanes Surya, beliau menjelaskan pada saya konsep MESTAKUNG (semesta mendukung). “jika kita yakin akan mampu, maka seluruh atribut lingkungan disekitar kita akan memberikan dukungan dan akhirnya kita benar-benar akan mampu, inilah yang disebut semesta mendukung” begitu katanya. Beliau menceritakan bahwa beliau dan anak-anak bimbingnya sering membuktikan hal ini dalam olimpiade internasional.

Saya juga teringat James Douglas yang memukul KO juara dunia tinju kelas berat Mike Tyson dalam pertemuan di Tokyo tahun 1990. Douglas yang sama sekali tidak diunggulkan mampu menjatuhkan Tyson yang saat itu memiliki rekor bertanding 37-0 dengan 33 KO. Douglas yang sempat dipukul jatuh pada ronde 8 mampu bangkit kembali dan menjatuhkan Tyson di ronde 10. Dalam sebuah wawancara Douglas mengatakan “saya selalu mengatakan kepada mereka, tidak ada yang tidak bisa kamu lakukan. Jika kamu ingin mencoba, cobalah, lakukanlah karena kamu tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jika tidak mencobanya”. "Saya adalah contoh yang paling jelas dari prinsip ini. Jangan pernah berkata tidak mungkin," kata Douglas.

Hari ini kita membutuhkan kumpulan manusia yang penuh harapan, keyakinan dan keberanian untuk memiliki dan berusaha mewujudkan impian-impian besar. Kumpulan manusia seperti inilah yang akan mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa besar, bangsa yang tidak hanya mampu menyelesaikan persoalan dirinya, tapi juga mampu berkontribusi bagi perbaikan dunia. Bangsa yang tidak hanya mampu menjadi pengikut dari agenda negara-negara lain di dunia, melainkan bangsa yang memiliki agenda yang bisa dilaksanakan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Semoga bangsa ini tidak pernah kekurangan stok manusia-manusia yang seperti ini. Dan semoga kita adalah bagian dari manusia yang semacam ini.

Minggu, 21 Juni 2009

VMJ.....



Kemarin malam jam 23 an teman gw sms, di pikir darurat malam-malam begini sms...“bud maaf nih, gw tadi tidur eh mimpi ketemu RPS (sebutan yayangnya13 tahun lalu, yang kini sudah ga jadian) eh dia cantik banget”..sambil baca bt juga Cuma nginformasiin kenangan dia dulu waktu sma.
Ya, kejadian bisa dibayangkan tahun 93, 13 tahun lalu, saat kami baru mulai ikutan liqo...belum sungguh-sungguh sih, liqonya aja masih pake abu-abu kumel....tapi semangatnya luar biasa....
Nah saat masih abg itulah teman kami tertarik dengan seorang cewek, cukup cuantiek, solo banget...si RPS itu, awalnya karena kita sering kerja bareng di ROHIS, atau di KIR eh temen kita searah tuh pulang..tumbuhlah benih-benih rasa....yang akhirnya makin ngerti pacaran itu ya gimana ya,...Di mana aja, kapan aja, dan siapa aja dijamin nggak akan bisa lolos dari serangan virus yang satu ini. Bukan DBD, Flu Bu-rung, atau Worm. Tapi virus yang kekuatannya bisa bikin sang pejuang mati-matian ngapalin lagu melankolis First Love-nya Nika Costa atau Shoulder to Cry On-nya Tommy Page. Meski nilai bahasa Inggris di raport-nya delapan ngakak alias 3! Pede banget kan?dosa
Inget saat kita yang sudah lulus kuliah saling memotivasi untuk segera wa limah....sama siapa cewek yang paling di sukai waktu ke ciater nyasar..ha ha ha..
Giliran saya...bingung cewek mana ya...karena cewek yang saya kenal wajah doang nama kalo ga sekelas ya oh itu...tapi mikir lagi yang mana ya...hi hi hi kalo sekarang......

Yup. Virus yang dikenal dengan julukan virus merah jambu (VMJ) pembangkit rasa cinta ini kagak ada matinya. Malah mungkin kita berharap nggak mati-mati. Gimana ga mati suda 13 tahun aja masih nempel.... Coz, hidup kita bakal terasa garing bin monoton tanpa kehadiran cinta. Baik cinta kepada yang Maha Pencipta maupun kepada lawan jenis. Ali bin Abdah berkata, “tak mungkin seseorang menghindar dari cinta, kecuali orang yang kasar perangainya, kurang waras, atau tidak mempunyai gairah.” Maka berbahagialah orang-orang yang masih bisa mencintai dan dicintai. Ciee….Aa Gym banget neh!

Bener sobat, nggak lengkap rasanya jadi manusia kalo kita nggak bisa mencintai dan dicintai. Karena ini fitrah. Jadi wajar aja kalo virus ini merajalela mencari mangsa di setiap kesempatan. Maka di kalangan selebritis dikenal istilah ‘cilok’ alias cinta lokasi. Sebutan untuk pasangan seleb yang terlibat jalinan asmara karena sering ketemu di lokasi syuting.

Nah....... Ternyata di kalangan aktivis dakwah juga ada ‘cilok’ lho. Hah? tuh dia hingga kin ivirus itu sudah bikin bad sector di hati....uda di kasih anti virus tetap ga mempan...nempel terus di otak , bayangin 13 tahun masih jadi kenagan terindah kayak samson kan....gitu deh benar-benar bikin mati hati bo....

Masa’ sih? Beneran. Cuma di kalangan jilbaber en jenggot simpatik ini, ‘cilok’ berubah menjadi ‘CBSA’. Mentang-mentang mayoritas pelajar.n mahasiswa.. Do you know CBSA? Ini nih: Cinta Bersemi Saat Aktif. (ehm..ehm..KLBK euy!) Tapi jangan salah, meski ‘Cilok’ dan ‘CBSA’ sama-sama mengandung unsur cinta, tapi keduanya tetep beda. Kalo ‘CBSA’, lebih terjaga dari kontaminasi. Sementara ‘cilok’ lebih kepada cinta yang ternodai. Ups! Gini nih….

So, kalo kamu pengen tahu lebih banyak tentang CBSA, kamu bisa tanya guru SD masing-masing. Tapi, kalo penasaran ama ‘CBSA’, kamu dah bener kalo pernah baca kali ini. Yuuuuk!

ROMANTIKA AKTIVIS DAKWAH

Kalo mengamati pergaulan para aktivis dakwah mungkin ada beberapa pertanyaan yang mampir di benak kita. Apalagi keseharian mereka yang gaul ama sesamanya. Cewek ama cewek. Cowok ama cowok. Kesannya antilawan jenis banget. Apa mereka steril dari rasa cinta? Apa yang ada dalam benak mereka cuma dakwah doang? Apa menjadi aktivis dakwah kudu punya antivirus untuk menghadang VMJ? Apa-apanya dong…eh, kok jadi lagu sih?

Jujur, sebagai manusia biasa n aktivis da’wah juga manusia..ga mungkin dikantor bikin partsi sendiri .trus di tulis di larang menyentuh..bila anda bukan muhrim....yang ada di depak....kalo terima vendor untuk nego..apa harus nunduk sementara vendornya gadis putih chinees..terus pakai rok tinggi banget...belahan dadanya V...mo gimana.....resign....

Nggak usah dibikin pusing, sampe nyanyiin lagu Nek Titik Puspa gitu. Para aktivis dakwah itu sama aja kayak kita. Sejenis manusia yang punya rasa cinta. Cuma bedanya, mereka nggak show of forces untuk urusan ini. Apalagi sampe deklarasi segala di acara reality show Katakan Cinta atau Playboy Kabel. Nggak lah yauw. Mereka punya prinsip yang bagi sebagian orang terdengar ‘aneh’ dalam hal pengungkapan rasa cinta. Anti-pacaran en nggak phobi ama nikah dini. Catet ya! Juga ga Phobi sama cewek cantik karena setiap yang indah patut di syukuri nah ini fungsinya menundukan pandangan..eit jangan nunduk kalo si cewek pakai rok mini...

Nah, masalahnya, kita sering bertanya-tanya, gimana mungkin bisa terjalin rasa cinta di antara mereka kalo mereka sendiri anti-gaul bebas. Bukankah gaul bebas itu terbukti menjadi media subur untuk memupuk rasa cinta kepada lawan jenis? Eit, jangan salah. Nggak gaul bebas bukan berarti nggak berinteraksi dengan lawan jenis. Emangnya penghuni dunia dakwah cuma satu jenis? Tetep, aktivitas dakwah juga mengharuskan mereka berhubungan dengan lawan jenis. Apalagi yang tergabung dalam sebuah organisasi. Kudu ada konsolidasi dakwah. Inget-inget tuh!

Sebagai aktivis dakwah, tentu konsolidasi itu mengharuskan pihak ikhwan (muslim) menjalin kerjasama dengan para anggota ‘diva’ alias divisi akhwat (muslimah). Saling tukar informasi. Rapat bulanan untuk evaluasi kinerja dakwah sekaligus planning untuk masa mendatang. Sampe tergabung dalam kepanitiaan acara. Dan nggak mungkin kegiatan kayak di atas dilakukan tanpa adanya pertemuan. Walau mungkin rapat bisa aja pake fasilitas teleconference. Tapi itu pasti bakal menyedot banyak biaya. Bisa-bisa acaranya nggak jadi digelar gara-gara nggak ada biaya. Berabe kan? Atau kayak zadul saat SMA di balik hijab mushola yang lebar banget....karena si akhwat ngomongnya pelan...sang ikhwan ga tahan di buka dikit..dikit lama-lama di buka hanya duduknya di atur akhirnya pandang-pandangan,,,,heehehheeh

Nah, dari seringnya pertemuan itulah bisa menyita perhatian khusus antar aktivis. Meski nggak terungkap, VMJ tengah mengamati mangsa yang hendak diburu. Satu sama lain saling menyimpan rasa kagum. Dari sinilah tumbuh perasaan simpati, empati, yang seterusnya bisa bikin jatuh hati. Walau hanya tersimpan rapi dalam diary atau menghiasi relung hati. Intinya, malu-malu tapi mau!

Proses tumbuh dan mewabahnya VMJ di kalangan aktivis, nggak jauh beda dengan ‘cilok’ ala seleb. Cinta bersemi saat aktif dalam dakwah. Makanya kita nggak usah ragu bin worried untuk jadi seorang aktivis dakwah. Pergaulan mereka yang terkesan anti-lawan jenis, hanya salah satu cara buat nunjukkin kalo Islam juga punya aturan maen dalam pergaulan. Justru kita kudu bangga jadi aktivis. Karena untuk urusan jodoh, Allah bakal ngasih pasangan hidup yang ‘qualified’ buat para aktivis pengemban dakwah yang istiqomah.

Firman Allah Swt:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang (baik) pula.” (QS an-Nûr [21]: 26)
MENGENDALIKAN RASA CINTA

nggak salah kalo cinta bisa mendera siapa aja. Termasuk para aktivis dakwah. Tapi tetep kita kudu waspada ama VMJ ini. Soalnya orang bisa berubah karena kasmaran. Yang pasti nggak berubah jadi Ksatria Baja Hitam. Tapi perubahan yang lambat laun nampak dalam diri kita. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin menuliskan komentar sejumlah orang tentang pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Di antaranya sebagai berikut: “Cinta itu bisa menyucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi yang ahli ibadah”. Juga siapa yang nyangka kalo aktivis dakwah di tolak cinta bsa langsung ikhlas....sama men....stress juga...ga nafus makan..hilang gairah...nah fungsi halaqoh itulah menbangun kembali semangat hidup....

Nah, lho? Ternyata cinta bukan cuma Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki seperti kata Sheila On Tujuh. Tapi juga merupakan ujian sekaligus cobaan buat orang shaleh, ahli ibadah, termasuk aktivis dakwah. Kok bisa? Iya, karena cinta nggak cuma bisa mengubah pe-nampilan aja. Dia juga bisa membelokkan niat yang udah lurus. Komitmen dakwah bisa berubah. Aktivitas dakwah yang awalnya diniatkan untuk mendapat ridho Allah bisa terkontaminasi saat VMJ meradang. Ini yang kudu diwaspadai.

Tentu kita nggak pengen dong, aktivitas dakwah kita yang mulia jadi kacau-beliau gara-gara kita terpana pesona cinta. Makanya kita kudu pandai mengendalikan rasa itu. Seperti kata dokter, mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk urusan cinta juga sama. Lebih baik kita mencegah aktivitas yang bikin VMJ meradang. Ada dua hal yang bisa kita jalanin sebagai langkah pencegahan (kayak 3M DBD aja neh!).

Pertama, dari dalam diri kita. Di sini kita kuatkan benteng pertahanan dari serangan rasa cinta yang membabi buta. Caranya, rajin puasa sunat. Rasulullah menganjurkan pemuda-pemudi untuk berpuasa sebagai satu perisai takwa. Perbanyak membaca al-Qur’an, shalat tahajjud, dan berdzikir kepada Allah saat godaan itu datang. Perbanyak juga doa kita kepada Allah. Minta kepada-Nya biar kita dijauhin dari perbuatan yang haram, minta juga kepada-Nya biar kita dikasih jodoh yang qualified dunia-akhirat. Mau dong?

Kedua, dari luar diri kita. Ini juga nggak kalah pentingnya. Faktor ling-kungan gampang banget meluluhlantakkan pertahanan yang kita bangun. Itu sebabnya, kita kudu bisa menata lingkungan sekitar kita. Misalnya, memini-malisasi pertemuan dan komunikasi dengan lawan jenis. Yang pusing kalo ketemu rekan di kantor...pusing.....kata peggy melati sukma...Walau itu untuk konsolidasi dakwah. Sorry, bukannya mo ngerecokin, cuma kita khawatir, jiwa muda kita tak kuasa meredam gejolak rasa cinta itu. Kita juga bisa gaul ama temen-teman yang bisanya nggak cuma manas-manasin doang. Tapi mampu membantu kita menjaga izzah alias harga diri. Sehingga kita bisa belajar menundukkan pandangan. Baik terhadap para ‘macan’ (makhluk cantik) mau pun terhadap media ‘syerem’ yang bisa memacu adrenalin kita.

Kita kudu nyadar kalo seorang aktivis dakwah sering jadi panutan dan teladan bagi orang lain. Nggak cuma Allah yang mengawasi tiap omongan ama tingkah lakunya, tapi juga umat. Gimana jadinya kalo pas ngisi pengajian begitu bersemangat bilang pacaran itu haram. Tapi, pas doi lagi kasmaran, perilakunya nggak beda ama aktivis pacaran. Apalagi pake ngeles dengan istilah ‘pacaran islami’. Idiih…malu ama umat tuh! Firman Allah Swt: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS ash-Shaf [61]: 3) eh bukan pacaran islami tapi ngeteken akhwat takut di samber ikhwan lain…. …….sama aja kalieeee
MENENTUKAN PRIORITAS

kalo kamu udah bisa atau minimal lagi belajar mengendalikan rasa cinta, sekarang kamu udah pantes buat belajar menentukan prioritas. Karena untuk urusan ekspresi cinta, Islam cuma mengatur dua tahap. Khitbah dan nikah. Nggak ada lagi. Masalahnya, kadang para aktivis dakwah yang mayori-tas pelajar terbentur dengan banyak hal sampe kerepotan memilih satu di antara dua pilihan itu. Kalo pun ada yang berani, lebih didominasi faktor emosi. Bisa jadi was-was sang target ‘disamber’ duluan ama yang laen (Emangnya bis kota maen serobot?)

Kalo mau khitbah dulu, kecil kemungkinan bisa bertahan sampe kamu lulus sekolah atau kuliah terus dapet kerja. Bawaannya pasti pengen segera ijab qabul. Padahal, segala kebutuhan keuangan masih disubsidi penuh ama ortu. Bakal berabe ke depannya. Perhatian kamu bakal terpecah. Antara beresin kuliah atau matengin rencana nikah. Bisa-bisa nggak optimal dua-duanya. Padahal kehidupan rumah tangga bakal menuntut suami untuk mencari nafkah materi. Nggak cuma bermodalkan cinta. Sementara ijazah pendidikan pun adakalanya punya peranan bagi sang suami demi mem-peroleh nafkah.

Nah, kalo udah gini bagusnya kita pusatkan perhatian pada aktivitas tholabul ‘ilmi yang lagi digeluti. Biar masa depan juga terbingkai dengan rapi. Tapi, bukan berarti kita ngelarang kamu mikirin soal nikah lho. Nggak. Silakan aja kalo kamu mau mulai mempelajari soal pernikahan lebih dalam. Karena terpancing ama senior yang bilang nikah itu nikmat, indah dan ibadah, misalnya. Tapi kamu kudu siap hadapi risiko yang bakal menyedot perhatian kamu. Berani ambil risiko? Pikirkan dengan mateng!

Oke deh Kita percaya kamu-kamu bisa mengambil pilihan dengan bijak. Jangan sampe CBSA bikin aktivitas dakwah kamu kendor. Catet, sekali lagi kita ngingetin, dakwah itu untuk mendapat ridho Ilahi. Bukan karena orang yang dikasihi. Dan jangan takut keduluan,orang lain ga usah ngetekin atau ngincerin..... karena jodoh masing-masing nggak akan kelayapan. Oke? Tetap semangat!

gerakkan seluruh potensimu dengan